Kejadian ini bermula ketika liburan semester, waktu itu kedua orang
tuaku harus pergi ke Madiun karena ada perayaan pernikahan saudara.
Karena kami dan Om Bayu cukup dekat, maka aku minta kepada orang tuaku
untuk menginap saja di rumah Om Bayu yang tidak jauh dari rumahku selama
5 hari itu. Om Bayu sudah menikah, tetapi belum punya anak. Istrinya
adalah seorang karyawan perusahaan swasta, sedangkan Om Bayu tidak
mempunyai pekerjaan tetap. Dia adalah seorang makelar mobil. Hari-hari
pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil bercanda-ria, setelah
istri Om Bayu pergi ke kantor. Om Bayu sendiri karena katanya tidak ada
order untuk mencari mobil, jadi tetap di rumah sambil menunggu telepon
kalau-kalau ada langganannya yang mau mencari mobil. Untuk melewatkan
waktu, sering juga kami bermain bermacam permainan seperti halma, atau
monopoli, karena memang Om Bayu orangnya sangat pintar bergaul dengan
siapa saja.
Ketika suatu hari, setelah makan siang, tiba-tiba Om Bayu berkata
kepadaku, “Rin.. kita main dokter- dokteran yuk.., sekalian Rini, Om
periksa beneran, mumpung gratis”.
Memang kata ayah dahulu Om Bayu pernah kuliah di fakultas kedokteran,
namun putus di tengah jalan karena menikah dan kesulitan biaya kuliah.
“Ayoo..”, sambutku dengan polos tampa curiga.
Kemudian Om Bayu mengajakku ke kamarnya, lalu mengambil sesuatu dari
lemarinya, rupanya ia mengambil stetoskop, mungkin bekas yang dipakainya
ketika kuliah dulu.
“Nah Rin, kamu buka deh bajumu, terus tiduran di ranjang”.
Mula-mula aku agak ragu-ragu. Tapi setelah melihat mukanya yang bersungguh-sungguh akhirnya aku menurutinya.
“Baik Om”, kataku, lalu aku membuka kaosku, dan mulai hendak berbaring.
Namun Om Bayu bilang, “Lho.. BH-nya sekalian dibuka dong.., biar Om gampang meriksanya”.
Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka BH-ku, sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal.
“Wah.., kamu memang benar-benar cantik Rin..”, kata Om Bayu.
Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku, dan aku hanya tertunduk malu.
Setelah telentang di atas ranjang, dengan hanya memakai rok mini saja,
Om Bayu mulai memeriksaku. Mula-mula di tempelkannya stetoskop itu di
dadaku, rasanya dingin, lalu Om Bayu menyuruhku bernafas sampai beberapa
kali, setelah itu Om Bayu mencopot stetoskopnya. Kemudian sambil
tersenyum kepadaku, tangannya menyentuh lenganku, lalu mengusap-usapnya
dengan lembut.
“Waah.. kulit kamu halus ya, Rin.. Kamu pasti rajin merawatnya”,
katanya. Aku diam saja, aku hanya merasakan sentuhan dan usapan lembut
Om Bayu.
Kemudian usapan itu bergerak naik ke pundakku. Setelah itu tangan Om
Bayu merayap mengusap perutku. Aku hanya diam saja merasakan perutku
diusap-usapnya, sentuhan Om Bayu benar-benar terasa lembut, dan lama-
kelamaan terus terang aku mulai jadi agak terangsang oleh sentuhannya,
sampai- sampai bulu tanganku merinding dibuatnya. Lalu Om Bayu
menaikkan usapannya ke pangkal bawah buah dadaku yang masih mengkal itu,
mengusap mengitarinya, lalu mengusap buah dadaku. Ih.., baru kali ini
aku merasakan yang seperti itu, rasanya halus, lembut, dan geli,
bercampur menjadi satu. Namun tidak lama kemudian, Om Bayu menghentikan
usapannya. Dan aku kira.. yah, hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi
kemudian Tom Bayu bergerak ke arah kakiku.
“Nah.., sekarang Om periksa bagian bawah yah..”, katanya. Setelah
diusap-usap seperti tadi yang terus terang membuatku agak terangsang,
aku hanya bisa mengangguk pelan saja. Saat itu aku masih mengenakan rok
miniku, namun tiba-tiba Om Bayu menarik dan meloloskan celana dalamku.
Tentu saja aku keget setengah mati.
“Ih.., Om kok celana dalam Rini dibuka..?”, kataku dengan gugup.
“Lho.., khan mau diperiksa.., pokoknya Rini tenang aja..”, katanya
dengan suara lembut sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum Om
Bayu penuh dengan maksud tersembunyi. Tetapi saat itu aku sudah tidak
bisa berbuat apa-apa.
Setelah celana dalamku diloloskan oleh Om Bayu, dia duduk bersimpuh di
hadapan kakiku. Matanya tak berkedip menatap vaginaku yang masih mungil,
dengan bulu-bulunya yang masih sangat halus dan tipis. Lalu kedua
kakiku dinaikkan ke pahanya, sehingga pahaku menumpang di atas pahanya.
Lalu Om Bayu mulai mengelus-elus betisku, halus dan lembut sekali
rasanya, lalu diteruskan dengan perlahan-lahan meraba- raba pahaku
bagian atas, lalu ke paha bagian dalam. Hii.., aku jadi merinding
rasanya.
“Ooomm..”, suaraku lirih.
“Tenang sayang.., pokoknya nanti kamu merasa nikmat..”, katanya sambil tersenyum.
Om Bayu lalu mengelus- elus selangkanganku, perasaanku jadi makin tidak karuan rasanya.
Kemudian, dengan jari telunjuknya yang besar, Om Bayu menggesekkannya ke bibir vaginaku dari bawah ke atas.
“aahh.., Ooomm..”, jeritku lirih.
“Ssstt.., hmm.., nikmat.., kan..?”, katanya.
Mana mampu aku menjawab, malahan Om Bayu mulai meneruskan lagi
menggesekkan jarinya berulang-ulang. Tentu saja ini membuatku makin
tidak karuan, aku menggelinjang- gelinjang, menggeliat- geliat ke
sana-ke mari.
“Ssstthh.., aahh.., Ooomm.., aahh..”, eranganku terdengar lirih, dunia
serasa berputar-putar, kesadaranku bagaikan terbang ke langit. Vaginaku
rasanya sudah basah sekali karena aku memang benar-benar sangat
terangsang sekali.
Setelah Om Bayu merasa puas dengan permainan jarinya, dia menghentikan
sejenak permainannya itu, tapi kemudian wajahnya mendekati wajahku, aku
yang belum berpengalaman sama sekali, dengan pikiran yang antara sadar
dan tidak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah tanpa mengerti apa yang
sebenarnya sedang terjadi. Wajahnya semakin dekat, kemudian bibirnya
mendekati bibirku, lalu ia mengecupku dengan lembut, rasanya geli,
lembut, dan basah. Namun Om Bayu bukan hanya mengecup, ia lalu melumat
habis bibirku sambil memainkan lidahnya, Hii.., rasanya jadi makin
geli.., apalagi ketika lidah Om Bayu memancing lidahku, sehingga aku
tidak tahu kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku
dengan lidah Om Bayu saling bermain, membelit-belit, tentu saja aku jadi
semakin nikmat kegelian.
Kemudian Om Bayu mengangkat wajahnya dan memundurkan badannya. Entah
permainan apa lagi yang akan diperbuatnya pikirku, aku toh sudah pasrah.
Dan eh.., gila.., tiba-tiba badannya dimundurkan ke bawah dan Om Bayu
tengkurap di antara kedua kakiku yang otomatis terkangkang, kepalanya
berada tepat di atas kemaluanku dan Om Bayu dengan cepat menyeruakkan
kepalanya ke selangkanganku, kedua pahaku dipegangnya dan diletakkan di
atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit
kepala Om Bayu. Aku sangat terkejut dan mencoba memberontak, akan tetapi
kedua tangannya memegang pahaku dengan kuat, lalu tanpa sungkan-
sungkan lagi Om Bayu mulai menjilati bibir vaginaku.
“aa.., Ooomm..!”, aku menjerit, walaupun lidah Om Bayu terasa lembut,
namun jilatannua itu terasa menyengat vaginaku dan menjalar ke seluruh
tubuhku, namun Om Bayu yang telah berpengalaman itu, justru menjilati
habis- habisan bibir vaginaku, lalu lidahnya masuk ke dalam vaginaku,
dan menari-nari di dalam vaginaku. Lidah Om Bayu mengait-ngait ke
sana-ke mari menjilat- jilat seluruh dinding vaginaku. Tentu saja aku
makin menjadi-jadi, badanku menggeliat- geliat dan terhentak- hentak,
sedangkan kedua tanganku mencoba mendorong kepalanya dari kemaluanku.
Akan tetapi usahaku itu sia-sia saja, Om Bayu terus melakukan aksinya
dengan ganas. Aku hanya bisa menjerit-jerit tidak karuan.
“aahh.., Ooomm.., jaangan.., jaanggann.., teerruskaan.., ituu.., aa..,
aaku.., nndaak.., maauu.., geellii.., stoopp.., tahaann.., aahh!”.
Aku menggelinjang- gelinjang seperti kesurupan, menggeliat ke sana-ke
mari antara mau dan tidak biarpun ada perasaan menolak akan tetapi rasa
geli, bercampur dengan kenikmatan yang teramat sangat mendominasi
seluruh badanku. Om Bayu dengan kuat memeluk kedua pahaku di antara
pipinya, sehingga walaupun aku menggeliat ke sana-ke mari, namun Om
Bayu tetap mendapatkan yang diinginkannya. Jilatan- jilatan Om Bayu
benar- benar membuatku bagaikan orang lupa daratan, vaginaku sudah
benar-benar banjir dibuatnya, hal ini membuat Om Bayu menjadi semakin
liar, ia bukan cuma menjilat- jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot
vaginaku. Cairan lendir vaginaku bahkan disedot Om Bayu habis-habisan.
Sedotan Om Bayu di vaginaku sangat kuat, membuatku jadi samakin
kelonjotan.
Kemudian Om Bayu sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jarinya ia
membuka bibir vaginaku, lalu di sorongkan sedikit ke atas. Aku saat itu
tidak tahu apa maksud Om Bayu, rupanya Om Bayu mengincar clitorisku. Dia
menjulurkan lidahnya, lalu dijilatnya clitorisku.
“aahh..”, tentu saja aku menjerit keras sekali, aku merasa seperti
kesetrum, karena ternyata itu bagian yang paling sensitif buatku. Begitu
kagetnya aku merasakannya, aku sampai menggangkat pantatku. Om Bayu
malah menekan pahaku ke bawah, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur,
dan terus menjilati clitorisku sambil dihisap- hisapnya.
“aa.., Ooomm.., aauuhh.., aahh!”, jeritku semakin menggila. Tiba-tiba
aku merasakan sesuatu yang teramat sangat, yang ingin keluar dari dalam
vaginaku, seperti mau pipis, dan aku tak kuat menahannya, namun Om Bayu
yang sepertinya sudah tahu, malahan menyedot clitorisku dengan kuatnya.
“Ooomm.., aa!”, tubuhku terasa tersengat tegangan tinggi, seluruh
tubuhku menegang, tak sadar kujepit dengan kuat pipi Om Bayu dengan
kedua pahaku di selangkanganku. Lalu tubuhku bergetar bersamaan dengan
keluarnya cairan vaginaku banyak sekali, dan tampaknya Om Bayu tidak
menyia-nyiakannya disedotnya vaginaku, dihisapnya seluruh cairan
vaginaku. Tulang- tulangku terasa luluh lantak, lalu tubuhku terasa
lemas sekali. Aku tergolek lemas.
Om Bayu kemudian bangun dan mulai melepaskan pakaiannya. Aku, yang
baru pertama kali mengalami orgasme, merasakan badanku lemas tak
bertenaga, sehingga hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan
oleh Om Bayu. Mula-mula Om Bayu membuka kemejanya yang dilemparkan ke
sudut kamar, kemudian secara cepat dia melepaskan celana panjangnya,
sehingga sekarang dia hanya memakai CD saja. Aku agak ngeri juga melihat
badannya yang tinggi besar itu tidak berpakaian. Akan tetapi ketika
tatapan mataku secara tak sengaja melihat ke bawah, aku sangat terkejut
melihat tonjolan besar yang masih tertutup oleh CD- nya, mecuat ke
depan. Kedua tangan Om Bayu mulai menarik CD-nya ke bawah secara
perlahan- lahan, sambil matanya terus menatapku.
Pada waktu badannya membungkuk untuk mengeluarkan CD-nya dari kedua
kakinya, aku belum melihat apa-apa, akan tetapi begitu Om Bayu berdiri
tegak, darahku mendadak serasa berhenti mengalir dan mukaku menjadi
pucat karena terkejut melihat benda yang berada di antara kedua paha
atas Om Bayu. Benda tersebut bulat panjang dan besar dengan bagian
ujungnya yang membesar bulat berbentuk topi baja tentara. Benda bulat
panjang tersebut berdiri tegak menantang ke arahku, panjangnya kurang
lebih 20 cm dengan lingkaran sebesar 6 cm bagian batangnya dilingkarin
urat yang menonjol berwarna biru, bagian ujung kepalanya membulat besar
dengan warna merah kehitam- hitaman mengkilat dan pada bagian tengahnya
berlubang di mana terlihat ada cairan pada ujungnya. Rupanya begitu
yang disebut kemaluan laki-laki, tampaknya menyeramkan. Aku menjadi
ngeri, sambil menduga-duga, apa yang akan dilakukan Om Bayu terhadapku
dengan kemaluannya itu.
Melihat ekspresi mukaku itu, Om Bayu hanya tersenyum-senyum saja dan
tangan kirinya memegang batang kemaluannya, sedangkan tangan kanannya
mengelus-elus bagian kepala kemaluannya yang kelihatan makin mengkilap
saja. Om Bayu kemudian berjalan mendekat ke arahku yang masih telentang
lemas di atas tempat tidur. Kemudian Om Bayu menarik kedua kakiku,
sehingga menjulur ke lantai sedangkan pantatku berada tepat di tepi
tempat tidur. Kedua kakiku dipentangkannya, sehingga kedua pahaku
sekarang terbuka lebar. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena badanku
masih terasa lemas. Mataku hanya bisa mengikuti apa yan sedang
dilakukan oleh Om Bayu.
Kemudian dia mendekat dan berdiri tepat diantara kedua pahaku yang
sudah terbuka lebar itu. Dengan berlutut di lantai di antara kedua
pahaku, kemaluannya tepat berhadapan dengan kemaluanku yang telah
terpentang itu. Tangan kirinya memegang pinggulku dan tangan kanannya
memegang batang kemaluannya. Kemudian Om Bayu menempatkan kepala
kemaluannya pada bibir kemaluanku yang belahannya kecil dan masih
tertutup rapat. Kepala kemaluannya yang besar itu mulai
digosok-gosokannya sepanjang bibir kemaluanku, sambil ditekannya
perlahan- lahan. Suatu perasaan aneh mulai menjalar ke kesuluruhan
tubuhku, badanku terasa panas dan kemaluanku terasa mulai mengembung,
aku agak menggeliat-geliat kegelian atas perbuatan Om Bayu itu dan
rupanya reaksiku itu makin membuat Om Bayu makin terangsang. Dengan
mesra Om Bayu memelukku, lalu mengecup bibirku.
“Gimana Rin.., nikmat khan..?”, bisik Om Bayu mesra di telingaku, namun
aku sudah tak mampu menjawabnya, nafasku tinggal satu- satu, aku hanya
bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku sudah tidak berdaya
diperlakukan begini oleh Om Bayu dan tidak pernah kusangka, karena
sehari-hari Om Bayu sangat sopan dan ramah.
Selanjutnya tangan Om Bayu yang satu merangkul pundakku dan yang satu
di bawah memegang penisnya sambil digosok-gosokkan ke bibir kemaluanku,
hal ini makin membuatku menjadi lemas ketika merasakan kemaluan yang
besar menyentuh bibir kemaluanku, aku merasa takut tapi kalah dengan
nikmatnya permainan Om Bayu, di samping pula ada perasaan bingung yang
melanda pikiranku. Kemaluan Om Bayu yang besar itu sudah amat keras dan
kakiku makin direnggangkan oleh Om Bayu sambil salah satu dari pahaku
diangkat sedikit ke atas. Aku benar-benar setengah sadar dan pasrah
tanpa bisa berbuat apa-apa. Kepala kemaluannya mulai ditekan masuk ke
dalam lubang kemaluanku dan dengan sisa tenaga yang ada aku mencoba
mendorong badan Om Bayu untuk menahan masuknya kemaluannya itu, tapi Om
Bayu bilang tidak akan dimasukkan semua cuma ditempelkan saja. Saya
membiarkan kemaluannya itu ditempelkan di bibir kemaluanku.
Tapi selang tak lama kemudian perlahan- lahan kemaluannya itu
ditekan-tekan ke dalam lubang vaginaku, sampai kepala penisnya sedikit
masuk ke bibir dan lubang vaginaku. Kemaluanku menjadi sangat basah,
dengan sekali dorong kepala penis Om Bayu ini masuk ke dalam lubang
vaginaku, gerakan ini membuatku terkejut karena tidak menyangka Om Bayu
akan memasukan penisnya ke dalam kemaluanku seperti apa yang dikatakan
olehnya. Sodokkan penis Om Bayu ini membuat kemaluanku terasa mengembang
dan sedikit sakit, seluruh kepala penis Om Bayu sudah berada di dalam
lubang kemaluanku dan selanjutnya Om Bayu mulai menggerakkan kepala
penisnya masuk dan keluar dan selang sesaat aku mulai menjadi biasa
lagi, perasaan nikmat mulai menjalar ke seluruh tubuhku, terasa ada yang
mengganjal dan membuat kemaluanku serasa penuh dan besar, tampa sadar
dari mulutku keluar suara, “Ssshh.., sshh.., aahh. oohh.., Ooomm..,
Ooomm.., eennaak.., eennaak! Aku mulai terlena saking nikmatnya dan pada
saat itu, tiba-tiba Om Bayu mendorong penisnya dengan cepat dan kuat,
sehingga penisnya menerobos masuk lebih dalam lagi dan merobek selaput
daraku dan akupun menjerit karena terasa sakit pada bagian dalam
vaginaku oleh penis Om Bayu yang terasa membelah kemaluanku.
“aadduuhh.., saakkiitt.., Ooomm.., sttoopp.., sttoopp.., jaangaan..,
diterusin”, aku meratap dan kedua tanganku mencoba mendorong badan Om
Bayu, tapi sia- sia saja. Om Bayu mencium bibirku dan tangannya yang
lain mengelus-elus buah dadaku untuk menutupi teriakan dan
menenangkanku. Tangannya yang lain menahan bahuku sehingga aku tidak
dapat berkutik. Badanku hanya bisa menggeliat-geliat dan pantatku kucoba
menarik ke atas tempat tidur untuk menghindari tekanan penis Om Bayu ke
dalam liang vaginaku, tapi karena tangan Om Bayu menahan pundakku, maka
aku tidak dapat menghindari masuknya penis Om Bayu lebih dalam ke
liang vaginaku. Rasa sakit masih terasa olehku dan Om Bayu membiarkan
penisnya diam saja tanpa bergerak sama sekali untuk membuat kemaluanku
terbiasa dengan penisnya yang besar itu.
“Om.., kenapa dimasukkan semua, kan.., janjinya hanya digosok-gosok
saja?”, kataku dengan memelas, tapi Om Bayu tidak bilang apa-apa hanya
senyum- senyum saja.
Aku merasakan kemaluan Om Bayu itu, terasa besar dan mengganjal rasanya
memadati seluruh relung-relung di dalam vaginaku. Serasa sampai ke
perutku karena panjangnya penis Om Bayu tersebut. Waktu saya mulai
tenang, Om Bayu kemudian mulai memainkan pinggulnya maju mundur sehingga
penisnya memompa kemaluanku. Badanku tersentak-sentak dan
menggelepar-gelepar, sedang dari mulutku hanya bisa keluar suara,
“Ssshh.., sshh.., oohh.., oohh”, dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda
keseluruhan tubuhku, bayangan hitam menutupi seluruh pandanganku, sesaat
kemudian kilatan cahaya serasa berpendar di mataku. Sensasi itu sudah
tidak bisa dikendalikan lagi oleh pikiran normalku, seluruh tubuhku
diliputi sensasi yang siap meledak. Buah dadaku terasa mengeras dan
puting susuku menegang ketika sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku
terlonjak-lonjak di atas tempat tidur. Seluruh tubuhku meledak dalam
sensasi, jari-jariku menggengam alas tempat tidur erat-erat, tubuhku
bergetar, mengejang, meronta di bawah tekanan tubuh Om Bayu ketika aku
mengalami orgasme yang dahsyat. Aku merasakan kenikmatan berdesir dari
vaginaku, menghantarkan rasa nikmat ke seluruh tubuhku selama beberapa
detik terasa tubuhku melayang- layang dan tak lama kemudian terasa
terhempas lemas tak bedaya, tergeletak lemah di atas tempat tidur dengan
kedua tangan yang terentang dan kedua kaki terkangkang menjulur di
lantai.
Melihat keadaanku Om Bayu makin terangsang, sehingga dengan ganasnya
dia mendorong pantatnya menekan pinggulku rapat-rapat, sehingga seluruh
batang penisnya terbenam dalam kemaluanku. Aku hanya bisa menggeliat
lemah karena setiap tekanan yang dilakukannya, terasa clitorisku
tertekan dan tergesek-gesek oleh batang penisnya yang besar dan berurat
itu. Hal ini menimbulkan kegelian yang tidak terperikan. Hampir sejam
lamanya Om Bayu mempermainkanku sesuka hatinya, dan saat itu pula aku
beberapa kali mengalami orgasme dan setiap itu terjadi, selama 1 menit
aku merasakan vaginaku berdenyut-denyut dan menghisap kuat penis Om
Bayu, sampai akhirnya pada suatu saat Om Bayu berbisik dengan sedikit
tertahan, “Ooohh.., Riinn.., Riinn.., aakkuu.., maau.., keluar!,
Ooohh.., aahh.., hhmm.., oouuhh!”.
Tiba-tiba Om Bayu bangkit dan mengeluarkan penisnya dari vaginaku.
Sedetik kemudian, “Ccret.., crett.., crett”, spermanya berloncatan dan
tumpah tepat di atas perutku. Tangannya dengan gerakan sangat cepat
mengocok-ngocok batang penisnya seolah ingin mengeluarkan semua
spermanya tanpa sisa.
“aahh..”, Om Bayu mendesis panjang dan kemudian menarik napas lega.
Dibersihkannya sperma yang tumpah di perutku. Setelah itu kami tergolek
lemas sambil mengatur napas kami yang masih agak memburu sewaktu mendaki
puncak kenikmatan tadi. Dipandanginya wajahku yang masih berpeluh untuk
kemudian disekanya. Dikecupnya lembut bibirku dan tersenyum.
“Terima kasih, sayang..”, bisik Om Bayu dengan mesra. Dan akhirnya aku yang sudah amat lemas terlelap di pelukan Om Bayu.
Setelah kejadian itu, pada mulanya aku benar-benar merasa gamang,
perasaan- perasan aneh berkecamuk dalam diriku, walaupun ketika waktu
itu, saat aku bangun dari tidurku Om Bayu telah berupaya menenangkanku
dengan lembut. Namun entah kenapa, setelah beberapa hari kemudian, kok
rasanya aku jadi kepengin lagi, memang kalau diingat-ingat sebenarnya
nikmat juga sih. Jadi sepulang sekolah aku mampir ke rumah Om Bayu,
tentu saja aku malu mengatakannya, aku hanya pura-pura ngobrol ke
sana-ke mari, sampai akhirnya Om Bayu menawarkan lagi untuk main-main
seperti kemarin dulu, barulah aku menjawabnya dengan mengangguk
malu-malu. Begitulah kisah pengalamanku, ketika pertamakalinya aku
merasakan kenikmatan hubungan seks
No comments:
Post a Comment